>> I N FO R M A S I <<

>> Pemilik NUPTK dan masih aktif sebagai PTK (Pendidik & Tenaga Kependidikan) silahkan melakukan pemutakhiran dengan mengunduh Formulir, dan mengikuti prosedur yang ada. Bagi PTK yang tidak melakukan pemutakhiran data NUPTK, otomatis akan dinyatakan TIDAK AKTIF.

>> Perlu kami sampaikan pula bahwa pelaksanaan proses Pengajuan NUPTK baru bagi PTK yang belum memilikinya akan dibuka mulai hari Senin tanggal 24 Juni 2013. Syarat dan ketentuan pengajuan NUPTK baru dimaksud akan diinformasikan dalam waktu dekat di situs ini :: http://padamu.kemdikbud.go.id/

Adab-Adab Berteman Oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak


Islam sangat memerhatikan masalah adab. Bahkan semua persoalan adab dijelaskan secara sempurna dalam Islam. Ketika seorang Yahudi berkata kepada Salman radhiyallahu'anhu, “Apakah Nabi kalian mengajari kalian sampaipun masalah buang hajat?” Beliau berkata, “Ya. Beliau mengajari kami ….”[1]

Inilah Islam. Semua yang mendatangkan kemaslahatan dunia dan akhirat telah ada di dalam Islam, termasuk adab berteman.

Banyak dalil dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjelaskan adab-adab berteman. Diantaranya:

Berteman hanya karena Allah 'Azza wa jalla.

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam menyatakan:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ؛ إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلِّقٌ بِالـمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصَبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهُ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالَهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينَهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan pada saat dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah 'Azza wa jalla: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seseorang yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid, dua orang yang saling cinta karena Allah 'Azza wa jalla, bersatu dan berpisah di atasnya, seseorang yang diajak berzina oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan namun pemuda tersebut berkata, ‘Aku takut kepada Allah’, seseorang yang bershadaqah dan ia menyembunyikan shadaqahnya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta seseorang yang berdzikir kepada Allah 'Azza wa jalla sendirian hingga meneteskan air mata.” (HR. Al-Bukhari no. 660, Muslim no. 1031)

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam berkata:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Tiga hal, jika ketiganya ada pada seseorang dia akan merasakan lezatnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, cinta kepada seseorang semata-mata hanya karena Allah, dan dia tidak senang kembali kepada kekufuran sebagaimana dia tidak ingin dilemparkan ke dalam api.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam berkata:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجِدَ طَعْمَ الْإِيْمَانِ فَلْيُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ
“Barangsiapa yang ingin merasakan lezatnya iman hendaknya dia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah 'Azza wa jalla.” (HR. Ahmad, dihasankan Asy-Syaikh Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6164)

Memilih teman yang baik

Telah kita sebutkan di awal pembahasan bahwa tidak semua orang bisa kita jadikan teman. Sehingga seorang muslim yang ingin menyelamatkan agamanya hendaknya memilih teman yang baik. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang ada di atas agama temannya, maka hendaknya salah seorang kalian meneliti siapa yang dijadikan sebagai temannya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud no. 4833, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 127)

Al-Imam Qatadah rahimahullah berkata: “Demi Allah. Kami tidaklah melihat seseorang berteman kecuali dengan yang setipe dan sejenis (satu sama sifatnya). Maka hendaknya kalian berteman dengan hamba-hamba Allah yang shalih agar kalian bersama mereka atau seperti mereka.”

Ditanyakan kepada Sufyan rahimahullah, “Kepada siapa kami bermajelis?” Beliau menjawab, “Seseorang yang jika engkau melihatnya engkau ingat Allah 'Azza wa jalla, amalannya mendorong kalian kepada akhirat, dan ucapannya menambah ilmu kalian.” (Lihat Min Hadyis Salaf hal. 54-55)

Ibnu Hibban rahimahullah berkata, “Seorang yang berakal tidak akan bersahabat dengan orang-orang jahat.”

Beliau juga berkata: “Empat hal yang termasuk kebahagiaan seseorang: Istri yang senantiasa taat kepadanya, anak-anak yang shalih, teman-teman yang baik, dan rezekinya di negerinya.” (Lihat Ni’matul Ukhuwah hal. 22)

Menjaga kerukunan

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam berpesan kepada Mu’adz dan Abu Musa radhiyallahu'anhum:

يَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا وَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا وَتَطَاوَعَا
“Berilah kemudahan dan jangan membuat sulit orang lain, berilah kabar gembira yang membuat orang senang dan jangan membuat orang lari dari agama Islam, serta hendaknya kalian rukun serta tidak berselisih.”

Ini adalah adab yang senantiasa harus dijaga, terlebih lagi oleh setiap muslim, terlebih lagi para dai ilallah.

Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam berkata, “Aku telah mendengar Asy-Syaikh Muqbil berkata (dan ini aku dengar lebih dari satu kali): Demi Allah, aku tidaklah mengkhawatirkan atas dakwah ini melainkan dari diri-diri kita sendiri.”

Asy-Syaikh Muhammad bin Abdillah Al-Imam berkata, “Demi Allah. Syaikh telah memiliki firasat yang sangat kuat. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam seringkali berkata dalam khutbahnya:

وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
“Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kita dan kejelekan amal-amal kita.”

Jiwa-jiwa kita, walau bagaimanapun baiknya, masih mungkin menerima dan terkena kejelekan. Demi Allah, sekaranglah waktunya kita mengoreksi aib dan dosa-dosa kita jika memang kita merasa sebagai orang yang berusaha menjaga agama ini. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah tahu bahwa dakwah ini mempunyai musuh dari luar dan dari dalam. Namun bahaya mereka tidak sebesar mudharat yang muncul dari penyimpangan orang-orang yang mengemban dakwah ini. Hendaknya masing-masing kita mengoreksi diri serta menimbang ucapan dan perbuatannya, yang lahir dan batin, dengan timbangan syar’i. Wallahul musta’an.” (Al-Qaulul Hasan fi Ma’rifatil Fitan hal. 63)

Lemah lembut kepada teman

Allah 'Azza wa jalla menjelaskan tentang sifat Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam dan orang-orang yang bersamanya:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (Al-Fath: 29)

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

مَا كَانَ الرِّفْقُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا نُزِعَ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Sikap lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan memperindahnya dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan membuatnya jelek.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam berkata kepada Aisyah radhiyallahu'anha:

مَهْلًا يَا عَائِشَةُ، إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ
“Tenanglah wahai Aisyah. Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala urusan.” (HR. Al-Bukhari)

Sedang-sedang (tidak berlebihan) dalam mencintai teman

Dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيْضَكَ يَوْمًا مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا
“Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai.” (HR. At-Tirmidzi no. 1997 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 178)

Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu'anhu berkata, “Wahai Aslam, janganlah rasa cintamu berlebihan dan jangan sampai kebencianmu membinasakan.” Aslam berkata, “Bagaimana itu?” Umar radhiyallahu'anhu berkata, “Jika engkau mencintai seseorang, janganlah berlebihan seperti halnya anak kecil yang menyenangi sesuatu dengan berlebihan. Jika engkau membenci seseorang, jangan sampai kebencian menimbulkan keinginan orang yang kamu benci celaka atau binasanya.”

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Hendaknya kalian mencintai jangan berlebihan dan membenci tidak berlebihan. Telah ada orang-orang yang berlebihan dalam mencintai satu kaum akhirnya binasa. Ada pula yang berlebihan dalam membenci satu kaum dan mereka pun binasa.” (Lihat Ni’matul Ukhuwah hal. 41)

Menerima kekurangan teman

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَفْرُكُ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin membenci mukminah. Jika dia tidak senang satu akhlaknya niscaya dia akan senang dengan akhlaknya yang lain.”

Asy-Syaikh Muhamad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menyatakan, “Walaupun hadits ini berkaitan tentang suami istri, namun juga berlaku dalam adab berteman.” (Lihat Syarah Riyadhish Shalihin)

Ibnu Qudamah raahimahullah berkata: “Ketahuilah, jika engkau mencari seseorang yang bersih dari kekurangan, niscaya engkau tak akan mendapatkannya. Barangsiapa yang kebaikannya lebih mendominasi daripada kejelekannya, itulah yang dicari.” (Mukhtashar Minhajil Qashidin hal. 101)

Jangan mencerca teman

Mencerca teman mengesankan bahwa engkau tidak sabar dalam bersahabat dengannya. Tidak sepantasnya engkau mencerca temanmu dalam semua masalah, yang besar dan kecil. Bahkan tidak semua orang pantas untuk dicerca.

Allah 'Azza wa jalla berfirman: “Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (Al-Hijr: 85)

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu berkata: “Yakni ridha, tanpa mencercanya.”

Dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu: Aku tidak pernah memegang dibaj (satu jenis sutera) yang lebih lembut dari tangan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam. Aku telah menjadi pelayan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam selama sepuluh tahun. Tidak pernah sekalipun beliau berkata: “Ah.” Tidak pernah pula beliau berkata tentang apa yang kulakukan: “Kenapa kau lakukan?” dan tidak pernah pula ketika aku tidak melakukan sesuatu, beliau berkata: “Kenapa tidak kau lakukan ini dan ini?” (HR. Al-Bukhari no. 3561 dan Muslim no. 2309)

Al-Mawardi rahimahullah berkata, “Banyak mencerca adalah sebab putusnya hubungan persahabatan ….” (Lihat Ni’matul Ukhuwah hal. 17-54)

Tidak Setiap Orang Bisa Dijadikan Teman

Seorang teman sangat besar pengaruhnya bagi agama seseorang. Lihatlah Abu Thalib! Bagaimana dia tidak mau menerima dakwah Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam dan akhirnya mati di atas kesyirikan disebabkan teman yang mendampinginya yakni Abu Jahal yang terus memengaruhinya untuk tidak menerima dakwah Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam.[1]

Ketahuilah, semoga Allah 'Azza wa jalla merahmati Anda, tidak semua orang bisa dijadikan sahabat. Karena Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam berkata:

الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang ada di atas agama/perangai temannya, maka hendaknya seseorang meneliti siapa yang dia jadikan temannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 127)

Beliau Shallallahu'alaihi wa sallam juga berkata:

لاَ تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِناً، وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَا تَقِيٌّ
“Janganlah kamu berteman kecuali dengan orang mukmin dan janganlah memakan makananmu kecuali orang bertakwa.” (HR. Abu Dawud no. 4832 dan dihasankan Asy-Syaikh Albani dalam Shahih Jami’ no. 7341)

Beliau Shallallahu'alaihi wa sallam juga berkata:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Permisalan teman yang baik dan teman yang jelek seperti penjual misk dan pandai besi. Adapun penjual misk, bisa jadi engkau diberi olehnya, membeli darinya, atau minimalnya engkau mendapatkan bau wangi. Adapun pandai besi bisa jadi membakar pakaianmu atau engkau mencium bau tidak sedap darinya.” (HR. Al-Bukhari no. 5534 dan Muslim no. 2628)

Seseorang yang akan dijadikan teman hendaknya memenuhi syarat-syarat yang dijelaskan oleh para ulama. Kriteria seseorang yang bisa dijadikan teman adalah sebagai berikut:

1. Berakal
Ini adalah modal utama dalam persahabatan setelah iman. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang dungu, karena dia ingin berbuat baik kepadamu namun hal tersebut justru bermudharat bagimu. Yang dimaksud berakal di sini adalah mampu memahami keadaan yang sebenarnya, baik memahaminya sendiri atau bisa memahami ketika diberi pengertian.

2. Berakhlak baik
Betapa banyak orang berakal namun ketika marah atau dikuasai syahwat, dia akan mengikuti hawa nafsunya. Maka tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang seperti ini.

Lalu, bagaimana cara kita mengetahui akhlak seseorang? Ada beberapa cara untuk mengetahui akhlak seseorang. Diantaranya:

a. Melihat siapa temannya.
الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang ada di atas agama/perangai temannya maka hendaknya seseorang meneliti siapa yang dia jadikan temannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 127)

Ibnu Mas’ud rahimahullah berkata: “Nilailah (kenalilah) manusia dengan menilai (mengenal) teman-temannya.”

Dalam pepatah Arab dinyatakan, “Katakan kepadaku siapa temanmu, maka aku akan sampaikan siapa sebenarnya kamu.”

Sebagian ahli hikmah menyatakan: “Kenali temanmu dengan mengenali temannya sebelummu.”

b. Akhlak seseorang juga akan diketahui dengan safar (bepergian) dengannya.
Perjalanan jauh disebut safar (yang dalam bahasa Arab bermakna ‘menyingkap’) karena akan menyingkap hakikat jatidiri seseorang. Dalam safar, akan terlihat banyak akhlak dan tabiatnya. Oleh karena itu, orang Arab menyatakan, “Safar adalah mizan (timbangan) bagi satu kaum.”

3. Bukan orang fasiq
Seorang fasiq tidak takut kepada Allah 'Azza wa jalla. Seseorang yang tidak takut kepada Allah 'Azza wa jalla, maka kita tidak merasa aman dari pengkhianatannya dan tidak bisa dipercaya.

4. Bukan ahlul bid’ah
Karena dikhawatirkan dia akan menebarkan kebid’ahannya kepada orang lain[2].
Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Tidak mungkin seorang Ahlus Sunnah berteman (condong) kepada ahlul bid’ah, kecuali karena adanya kemunafikan (dalam hatinya).”

Beliau rahimahullah berkata juga, “Hati-hatilah. Janganlah engkau duduk bersama orang yang akan merusak hatimu. Jangan pula engkau duduk bersama pengikut hawa nafsu, karena aku khawatir murka Allah Ta'ala menimpamu.”

5. Bukan orang yang tamak dan rakus terhadap dunia
 

Ongkos Mandi Akhirat

 
 Pada suatu hari,Ibrahim bin Adham, seorang tokoh sufi besar mencoba memasuki sebuah tempat pemandian umum. Penjaganya meminta uang untuk membayar tiket masuk. Ibrahim menggeleng dan mengaku bahwa ia tidak punya uang untuk membeli karcis masuk.

Penjaga pemandian kemudian berkata,
"Jika engkau tidak punya uang, maka engkau tidak boleh masuk."
Seketika itu Ibrahim menjerit dan tersungkur di atas tanah. Dari mulutnya terdengar ratapan-ratapan kesedihan. Para pejalan kaki yang lewat berhenti dan berusaha menghiburnya.

Seseorang bahkan ada yang menawarinya uang agar ia dapat masuk ke tempat pemandian.
Ibrahim menjawab,
Aku menangis bukan karena ditolak masuk ke tempat pemandian ini atau karena aku tidak bisa masuk, ketika si penjaga meminta ongkos untuk membayar karcis masuk. 

Melainkan aku langsung teringat pada sesuatu yang membuatku menangis. Jika aku tidak diizinkan masuk ke pemandian dunia ini karena tidak mampu membeli tiket masuk, lalu harapan apa yang dapat kumiliki agar aku diizinkan memasuki surga?

Apa yang akan terjadi kepadaku jika mereka menuntut, amal saleh apakah yang telah aku bawa?
Apa yang telah engkau kerjakan cukup berharga?

Sama seperti ketika aku diusir dari pemandian karena tidak mampu membayar, aku tentu tidak akan diperbolehkan memasuki surga jika aku tidak mempunyai amal saleh sedikitpun.
Itulah sebabnya aku menangis dan meratap.

Orang-orang yanga ada di sekitarnya begitu mendengar ucapan Ibrahim langsung terjatuh dan menangis bersama Ibrahim.

Nabi Langsung Sakit karena Pria Buta





Kisah Islamiah


Kisah ini menjadi sebab turunnya ayat Al Qur'an Surat 'Abasa ayat 1 sampai 6. Semua tak lepas dari sosok sahabat Nabi sekaligus seorang muazin yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum.






Siapa Abdullah bin Ummi Maktum.
Dia adalah orang Makkah suku Quraisy. Dia masih memiliki ikatan keluarga dengan Rasululah SAW, yaitu paman Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid ra. Bapaknya adalah Qais bin Zaid sedangkan ibunya adalah Atikah binti Abdullah.

Ibunya diberi gelar "Ummi Maktum", karena anaknya, Abdullah lahir dalam keadaan buta total. Abdullah bin Ummi Maktum ini merupakan salah seorang sahabat Rasululah SAW yang akan menghuni surga nantinya.

Ketika Islam Datang.
Ketika Islam mulai datang, Abdullah bin Ummi Maktum telah menerima agama itu dengan sepenuh hati. Bahkan ia termasuk kelompok yang pertama masuk islam.

Setelah menjadi muslim sejati, Abdullah rela menanggung segala macam suka dan duka kaum muslimin, termasuk penderitaan akibat siksaan dari kaum Quraisy.

Apakah Abdullah bin Ummi Maktum menyerah karena disiksa?
Tidak sama sekali, dia tidak pernah mundur walau sedikitpun. Bahkan, dia semakin teguh berpegang kepada agama Islam dan Kitab Allah SWT.
Dia semakin rajin mempelajari syariat Islam dan sering mendatangi majelis Rasulullah SAW.

Abdullah Merasa Diacuhkan.
Pada suatu hari, Rasulullah SAW mengadakan dialog dengan pemimpin-pemimpin Quraisy seraya mengharap semoga mereka mau masuk ke dalam islam. Beliau bertatap muka dengan tokoh Quraisy seperti:
'Uthbah bin Rabi'ah.
Syaibah bin Rabi'ah.
'Amr bin Hisyam (Abu Jahal).
Umayyah bin Khalaf.
Walid bin Mughirah (Ayah dari Khalid bin Walid).

Rasulullah SAW berunding dan bertukar pikiran dengan mereka tentang islam.
Beliau sangat ingin mereka mau menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat yang masuk islam.

Sementara beliau berunding dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba saja Abdullah bin Ummi Maktum yang buta itu datang mengganggu, meminta kepada Rasulullah SAW untuk dibacakan ayat-ayat Al Qur'an.
"Ya Rasulullah, ajarkanlah kepadaku ayat-ayat yang telah diajarkan Allah SWT kepada Anda," ujar Abdullah bin Ummi Maktum.

Rasulullah SAW terlengah dengan belum memperhatikan permintaan Abdullah tersebut. Bahkan, beliau agak acuh dengan permintaan Abdullah sahabatnya itu. Beliau membelakangi dan melanjutkan pembicaraan dengan para pemimpin Quraisy tersebut.

Setelah selesai berbicara dan berunding dengan para pemimpin Quraisy, Rasululah SAW bermaksud hendak pulang. Akan tetapi, di tengah perjalanan tiba-tiba saja penglihatan Beliau menjadi gelap dan kepala Beliau terasa sakit bukan main seperti terkena pukulan.

Teguran Allah SWT.
Dalam keadaan seperti itu, otomatis Rasulullah SAW kesakitan, kemudian turunlah Malaikat Jibril yang membacakan wahyu Allah SWT ke dalam hatinya.

Inilah bunyi Surat 'Abasa ayat 1-6 yang merupakan Ashabul Nuzul dari kisah ini.
Allah SWT berfirman,

عَبَسَ وَتَوَلَّى ١
أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى ٢
وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى ٣
أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى ٤
أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى ٥
فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى ٦

1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
2. karena telah datang seorang buta kepadanya[1554].
3. tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4. atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup[1555],
6. Maka kamu melayaninya.

[1554] Orang buta itu bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Dia datang kepada Rasulullah s.a.w. meminta ajaran-ajaran tentang Islam; lalu Rasulullah s.a.w. bermuka masam dan berpaling daripadanya, karena beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat ini sebagi teguran kepada Rasulullah s.a.w.

[1555] Yaitu pembesar-pembesar Quraisy yang sedang dihadapi Rasulullah s.a.w. yang diharapkannya dapat masuk Islam.

Sejak hari itu, Rasulullah SAW tidak lupa memberikan tempat yang mulia bagi Abdullah apabila dia datang dalam majelisnya. Beliau mempersilahkan duduk, menanyakan keadannya dan memenuhi kebutuhannya.
Tak heran kalau Beliau memuliakan Abdullah sedemikian rupa, selain karena Abdullah bin Ummi Maktum buta total, juga karena turunnya wahyu tersebut.

"KATA-KATA HIKMAH"

Wadah hanya akan menempatkan kita dlm kesempitan...seolah hanya wadah yg kita tempati saja tempat kebenaaran...padahal Allah tak hanya termuara dlm satu wadah ....Ke-Maha Luasan Allah atas Ilmu dan kebenaran yg mengharuskan kita keluar dari wadah...Di atas kebenaran masih ada kebenaran ...di atas ilmu masih ada ilmu, maka tiadalah kita mampu untuk menggapai Diayg Maha Luas apalagi untuk melihat WajahNya..itu hanyalah sekedar persepsi saja.., kita hanya bisa mendengar yg kosong...melihat yg Maha Tinggi..merasakan yg Maha Luas..karena memang itulah adanya..Dia Wujud tapi 
kosong....
Bagaimana kita bisa melihat wajahnya Allah ..lha wong melihat wajah maklukNya saja tak mampu...! Memang Allah itu sesuai dgn sangkaan hambanya namun berbeda dgn maklukNya..padahal semua yg pernah kita lihat di dunia ini adlh maklukNya...
Maka kenalilah Hidupmu apabila ingin berjumpa dgn yg Maha Hidup...
Allah bersemayam di dlm Baitul Makmur(otak).. Baitul Muharam(hati)..dan Baitul Muhadas(kemaluan) kita ,supaya kita berpikir dgn akal budi , marasakan dgn kolbu/hati nurani dan mengendalikan nafsu sahwad kita tdk selayaknya binatang, agar sang Aqu/Ruh kita bisa bertemu kembali dgn Dzatullah...Padahal Dzatnya Allah terpampang nyata dihadapan kita apabila kita peka melihat, mendengar dan merasakanNya dgn kejernihan akal , kelembutan kolbu dan kekosongan nafsu karena pd dasarnya kita itu fakir....tak punya apa2, tak bisa apa2 dan bukan siapa2 hanya Dialah yg Nyata Adanya
Wadah hanya akan menempatkan kita dlm kesempitan...seolah hanya wadah yg kita tempati saja tempat kebenaaran...padahal Allah tak hanya termuara dlm satu wadah ....Ke-Maha Luasan Allah atas Ilmu dan kebenaran yg mengharuskan kita keluar dari wadah...Di atas kebenaran masih ada kebenaran ...di atas ilmu masih ada ilmu, maka tiadalah kita mampu untuk menggapai Diayg Maha Luas apalagi untuk melihat WajahNya..itu hanyalah sekedar persepsi saja.., kita hanya bisa mendengar yg kosong...melihat yg Maha Tinggi..merasakan yg Maha Luas..karena memang itulah adanya..Dia Wujud tapi 
kosong....
Bagaimana kita bisa melihat wajahnya Allah ..lha wong melihat wajah maklukNya saja tak mampu...! Memang Allah itu sesuai dgn sangkaan hambanya namun berbeda dgn maklukNya..padahal semua yg pernah kita lihat di dunia ini adlh maklukNya...
Maka kenalilah Hidupmu apabila ingin berjumpa dgn yg Maha Hidup...
Allah bersemayam di dlm Baitul Makmur(otak).. Baitul Muharam(hati)..dan Baitul Muhadas(kemaluan) kita ,supaya kita berpikir dgn akal budi , marasakan dgn kolbu/hati nurani dan mengendalikan nafsu sahwad kita tdk selayaknya binatang, agar sang Aqu/Ruh kita bisa bertemu kembali dgn Dzatullah...Padahal Dzatnya Allah terpampang nyata dihadapan kita apabila kita peka melihat, mendengar dan merasakanNya dgn kejernihan akal , kelembutan kolbu dan kekosongan nafsu karena pd dasarnya kita itu fakir....tak punya apa2, tak bisa apa2 dan bukan siapa2 hanya Dialah yg Nyata Adanya

Tips Dan Trik Menghafal Asmaul Husna

Bismillah ... Menghafal atau menyebut di luar kepala akan Asmaul Husna adalah sarana yang Insya Allah ringan untuk dilaksanakan untuk meraih surga.

Nabi Muhammad S.A.W. pernah bersabda :
“Bahwasanya Allah mempunyai 99 Nama, yakni seratus kurang satu. Barang siapa menghafalnya (menyebut di luar kepala) niscaya akan dimasukkan ke dalam surga”.

Namun pada kenyataannya masih banyak di antara kita yang kesulitan untuk menghafal Asmaul Husna tersebut....

Oleh karena itu kami mencoba berbagi tips bagaimana cara menghafal Asmaul Husna. InsyaAllah jika bersungguh-sungguh kita pun akan dapat menghafalnya.

Metode ini kami sebut “Metode 2-2″
Artinya kita menghafalkan dua Asma dalam sekali penghafalan.

Secara lebih detail sebagai berikut:

1. Pastikan Anda telah memiliki daftar Asmaul Husna. Biasanya ada di belakang sampul mushaf Al-Quran.

2. Kelompokkan keseluruhan Asma dalam 10 kelompok, yakni:
(1) Asma nomer 1-10
(2) Asma nomer 11-20
(3) Asma nomer 21-30
(4) Asma nomer 31-40
(5) Asma nomer 41-50
(6) Asma nomer 51-60
(7) Asma nomer 61-70
(8) Asma nomer 71-80
(9) Asma nomer 81-89
(10) Asma nomer 90-99

Kelompok (1) ...
01-02 __ Yã Raĥmãnu Yã Raĥĩmu
03-04 __ Yã Maliku Yã Quddũsu
05-06 __ Yã Salãmu Yã Mu`minu
07-08 __ Yã Muhaiminu Yã `Azĩzu
09-10 __ Yã Jabbãru Yã Mutakabbiru

Kelompok (2) ...

11-12 __ Yã Khãliqu Yã Bãri`u
13-14 __ Yã Mushawwiru Yã Ghaffãru
15-16 __ Yã Qahhãru Yã Wahhãbu
17-18 __ Yã Razzãqu Yã Fattãĥu
19-20 __ Yã `Alĩmu Yã Qãbidhu

Kelompok (3) ...

21-22 __ Yã Bãsithu Yã Khãfidlu
23-24 __ Yã Rãfi`u Yã Mu`izzu
25-26 __ Yã Mudzillu Yã Samĩ`u
27-28 __ Yã Bashĩru Yã Ĥakamu
29-30 __Yã `Adlu Yã Lathĩfu

Kelompok (4) ...

31-32 __ Yã Khabĩru Yã Ĥalĩmu
33-34 __ Yã `Adhĩmu Yã Ghafũru
35-36 __ Yã Syakũru Yã `Aliyyu
37-38 __ Yã Kabĩru Yã Ĥafidhu
39-40 __ Yã Muqĩtu Yã Ĥasĩbu

Kelompok (5) ...

41-42 __ Yã Jalĩlu Yã Karĩmu
43-44 __ Yã Raqĩbu Yã Mujĩbu
45-46 __ Yã Wãsi`u Yã Ĥakĩmu
47-48 __ Yã Wadũdu Yã Majĩdu
49-50 __ Yã Bã`itsu Yã Syahĩdu

Kelompok (6) ...

51-52 __ Yã Ĥaqqu Yã Wakĩlu
53-54 __ Yã Qawiyyu Yã Matĩnu
55-56 __ Yã Waliyyu Yã Ĥamĩdu
57-58 __ Yã Muĥshiyyu Yã Mubdi`u
59-60 __ Yã Mu`ĩdu Yã Muĥyĩ

Kelompok (7) ...

61-62 __ Yã Mumĩtu Yã Ĥayyu
63-64 __ Yã Qayyũmu Yã Wãjidu
65-66 __ Yã Mãjidu Yã Wãĥidu
67-68 __ Yã Aĥad Yã Shamadu
69-70 __ Yã Qãdiru Yã Muqtadiru

Kelompok (8) ...

71-72 __ Yã Muqaddimu Yã Mu`akhkhiru
73-74 __ Yã Awwalu Yã Ãkhiru
75-76 __ Yã Dhãhiru Yã Bãthinu
77-78 __ Yã Wãlĩ Yã Muta`ãlii
79-80 __ Yã Barru Yã Tawwãbu

Kelompok (9) ...

81-82 __ Yã Muntaqimu Yã Afuwwu
83-84 __ Yã Ra`ũfu Yã Mãlikal Mulki
85 __ Yã Dzal Jalãli Wal Ikrãm
86-87 __ Yã Muqsithu Yã Jamĩ`u
88-89 __ Yã Ghaniyyu Yã Mughnĩ

Kelompok (10) ...
90-91 __ Yã Mãni`u Yã Dhãru
92-93 __ Yã Nãfĩ`u Yã Nũru
94-95 __ Yã Hãdĩ Yã Badĩ`u
96-97 __ Yã Bãqĩ Yã Wãritsu
98-99 __ Yã Rasyĩdu Yã Shabũru

3. Selanjutnya dari masing-masing kelompok, dibagi lagi menjadi 5 sub kelompok (pasangan).

Misalnya pada kelompok (1) :
- Asma nomer 1 dan 2 __ YAA RAHMAANU YAA RAHIIMU
- Asma nomer 3 dan 4 __ YAA MALIKU YAA QUDDUUSU
- Asma nomer 5 dan 6 __ YAA SALAAMU YAA MU’MINU
- Asma nomer 7 dan 8 __ YAA MUHAIMINU YAA `AZIIZU
- Asma nomer 9 dan 10 __ YAA JABBAARU YAA MUTAKABBIRU

4. Dalam menghafal, Anda dapat menyebut Asma – misalnya nomer

Asma 1 dan 2 __ AR-RAHMAAN AR-RAHIIM (sebagai dzikir) atau menambah YAA di depan Asma (dalam contoh ini menjadi YAA RAHMAN YAA RAHIIM – ini seperti contoh di atas dan ini yang kami praktekkan)

5. Hafalkan 1 pasangan terlebih dahulu (misalnya YAA RAHMAN YAA RAHIIM). Caranya anda harus mengucapkannya berulang-ulang (misalnya 10x). Jangan berpindah ke pasangan selanjutnya (Asma nomer 3 dan 4) jika Asma nomer 1 dan 2 ini belum benar-benar hafal.

6. Jika Asma no 1 dan 2 sudah benar-benar hafal silakan Anda hafalkan Asma no 3 dan No. 4, Caranya sama yaitu dengan mengucapkan berulang-ulang.

7. Jika Asma 3 dan 4 sudah hafal jangan terburu-buru menghafal ke pasangan Asma berikutnya (no 5 dan 6). Ucapkan kembali Asma nomer 1, 2, 3 dan 4 secara berurutan dan berulang-ulang hingga benar-benar hafal.

8. Jika Asma no 1, 2, 3 dan 4 sudah hafal silakan melanjutkan Asma no 5 dan 6. Jika Asma no 5 dan 6 sudah hafal. Ulangi kembali hafalan Asma no 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 berkali-kali sampai benar hafal. Jika sudah hafal baru melangkah ke dua Asma selanjutnya. Begitu seterusnya hingga Anda dapat menghafal 10 Asma dalam kelompok (1).

9. Agar tidak terlalu berat beban Anda dalam menghafal. Cukuplah dalam 1 hari Anda menghafal 1 kelompok Asma saja (kecuali Anda masih muda dan/atau memiliki kemampuan menghafal yang bagus).

Jadi misalnya:
- Hari pertama : menghafal kelompok (1)

- Hari kedua : sebelum menghafal kelompok (2), coba ucapkan kembali keseluruhan Asma pada kelompok (1). Pastikan tidak ada Asma yang salah, tertinggal maupun keliru urutannya. Jika seluruh Asma dari kelompok (1) sudah mantap silakan melanjutkan ke kelompok (2). Jika seluruh Asma dari kelompok (2) sudah berhasil dihafalkan. Silakan sebutkan keseluruhan Asma dari kelompok (1) kemudian disambung seluruh Asma dari kelompok (2).

- Hari ketiga: sebutkan kembali seluruh Asma dari kelompok (1) dan (2). Jika sudah benar-benar mantap silakan lanjutkan menghafal Asma dari kelompok (3). Jika seluruh Asma dari kelompok (3) sudah hafal silakan ulangi kembali seluruh Asma dari kelompok (1), (2) dan (3).

Demikian seterusnya sampai seluruh Asma dalam seluruh kelompok berhasil dihafalkan.

Catatan:
- Untuk kelompok (9) Asma dibagi sebagai berikut:
* Nomer 81 dan 82 __ YAA MUNTAQIMU YA AFUW
* Nomer 83 dan 84 __ YAA RA’UUFU YA MALIKAL MULK
* Nomer 85 (tanpa pasangan) __ YAA DZAL JALAALI WAL IKRAM
* Nomer 86 dan 87 __ YAA MUQSITU YAA JAAMI`
* Nomer 88 dan 89 __ YAA GHANIY YAA MUGHNIY

- Untuk kelompok (10) tinggal melanjutkan saja dari kelompok (9)

- Dalam menghafal Anda dapat menggunakan tasbih (biasaya biji tasbih berjumlah 99, sesuai dengan jumlah Asmaul Husna) sebagai alat bantu untuk memastikan bahwa urutan Asma yang Anda sebutkan sudah benar. Jadi misalnya Anda menyebut Asma no 1, Anda pegang butir tasbih nomer 1 demikian seterusnya.

Selain menggunakan tasbih dapat juga Anda menggunakan jari-jari tangan Anda (saya sarankan cukup jari-jari tangan kanan Anda.

Jadi untuk menghafalkan 1 kelompok Asma cukup menggunakan 5 jari sebelah kanan Anda.

Contoh kelompok (1)
- Ibu jari : sambil menyebut Asma no 1 dan 2
- Telunjuk : sambil menyebut Asma no 3 dan 4
- Jari tengah : sambil menyebut Asma no 5 dan 6
- Jari manis : sambil menyebut Asma no 7 dan 8
- Kelingking : sambil menyebut Asma no 9 dan 10

Begitu sampai kelingking, kembali lagi ke ibu jari untuk menyebut Asma dari kelompok (2), demikian seterusnya.

Dengan cara seperti yang diuraikan di atas. InsyaAllah kita akan dapat menghafal Asmaul Husna dalam waktu tidak terlalu lama. Dan jika sudah hafal hendaknya sering mengucapkan agar hafalan tersebut tidak hilang begitu saja.

业 ‘‘KESEMPURNAAN HIDUP’’ 业

Suatu hari Kahlil Gibran bertanya kepada gurunya.

Gibran : "Bagaimana caranya agar kita mendapatkan sesuatu yang paling sempurna dalam hidup...???"

Sang Guru : Berjalanlah lurus di taman bunga, lalu petiklah bunga yang paling indah menurutmu dan jangan pernah kembali kebelakang...!!!

*(setelah berjalan dan sampai di ujung taman, gibran kembali dengan tangan hampa.)*

Lalu sang Guru bertanya : "Mengapa kamu tidak mendapatkan bunga satu pun...???"

Gibran : "Sebenarnya tadi aku sudah menemukannya tapi aku tidak memetiknya karena aku pikir mungkin yang di depan pasti ada yang lebih indah, namun ketika aku sudah sampai di ujung, aku baru sadar bahwa yang aku lihat tadi adalah yang terindah, dan aku pun tak bisa kembali kebelakang lagi...!!!"

Sambil tersenyum Sang Guru berkata : "Yaa... itulah hidup, semakin kita mencari kesempurnaan, semakin pula kita tak akan pernah mendapatkannya, karena sejatinya kesempurnaan yang hakiki tidak pernah ada, yang ada hanyalah keikhlasan hati kita untuk menerima kekurangan...!!!"

Teladan Islam | MenghindariDosa di Dunia Maya

Internet atau sering juga disebut dunia maya merupakan suatu media yang mempunyai jaringan begitu luas dan tidak terbatas oleh kepentingan satu golongan, siapapun bisa berpartisipasi didalamnya, ia seperti jaringan sarang laba-laba yang kelihatannya begitu lembut akan tetapi mempunyai power yang kuat, Ia seperti pisau yang bermata dua, tergantung siapa yang mengendalikannya. Melihat begitu tipisnya jarak antara manfaat dan mudharat yang ada didunia maya berikut kami berikan beberapa tips yang insya Allah sangat berguna bagi kita :......

1.Niatkan karena untuk beribadah kepada Allah
Gunakanlah media internet ini sebagai wasilah untuk menjadikan kita semakin takut kepada Allah, untuk menjadi wasilah berdakwah, wasilah dalam menjalin ukhuwwah islamiyyah, wasilah untuk menuntut ilmu, dan perkara-perkara yang membuahkan ridho Allah.

2.Mohon perlindungan kepada Allah sebelum memulai
Memintalah perlindungan kepada Allah, karena jalan-jalan yang akan kita lalui didunia maya ini penuh dengan persimpangan dan tikungan yang berujung pada jurang kematian, setiap pintu dan jendela yang kita buka berhias dengan fitnah dunia.

3.Tentukan terlebih dahulu apa yang akan kita butuhkan sebelum memulai
Bukalah media internet ketika kita mempunyai suatu keperluan, dan setelah kita selesai dari kebutuhan kita terhadapnnya maka tinggalkan sebelum dia dapat memperdayai kita.

4.Jangan melenceng dari niat dan ketentuan yang kita buat
Terkadang orang yang ingin beristifadah dari internet tidak bisa mengambil manfaat yang maksimal, ini dikarenakan ia tidak punya pendirian yang kuat dan mengikuti arus yang ditawarkan oleh jaringan dunia maya, contohnya ketika seseorang membuka satu jendela kemudian ia juga membuka link dan jaringan yang ada dijendela tersebut, kemuadian ia membuka lagi link dan jaringan yang lain, dan membuka lagi yang lainnya sehingga ia melenceng dari tujuan dan keperluannya.

5.Jadikanlah internet sebagai budak dan jangan kita yang diperbudak
Tidak jarang ada pemuda yang mengeluh ketika ia sehari saja tidak berselancar didunia maya, ia merasa badannya letih, pegal, pusing dan lainnya. Ini pertanda ia sudah menjadi budak dunia maya. Jika keadaannya sudah seperti ini maka banyaklah beristighfar dan ia harus melatih diri untuk tidak terlalu bergantung pada internet.

6.Berikan batasan waktu
Tentukanlah berapa waktu yang kita perlukan dalam menggunakan media ini, kadangkala kita akan banyak menghabiskan waktu jika kita tidak membatasi diri untuk duduk didepan internet.

7. Tinggalkanhal-hal yang tidak bermanfaat
Sebagaimana sabda Nabi “ Tanda dari baiknya agama sesoarang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat”.

8.Wakafaa billahi syahidaa
Tulislah di wallpaper anda atau dimeja computer anda potongan dari firman Allah yang artinya “cukuplah Allah sebagai saksi…” maksudnya apapun yang kita lakukan dengan internet maka ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat.
Post List